Media Sosial & Kesehatan Mental

Media Sosial & Kesehatan Mental: Tren Global di Kalangan Generasi Z

Pendahuluan

Generasi Z adalah generasi pertama yang tumbuh sepenuhnya dalam ekosistem digital.
Media sosial menjadi bagian utama dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik untuk bersosialisasi, belajar, maupun bekerja.
Namun, di balik manfaatnya, penggunaan media sosial juga membawa dampak signifikan terhadap kesehatan mental.
Tahun 2025 menunjukkan tren global yang menyoroti keseimbangan antara peluang positif dan risiko psikologis.

Temuan Global 2025

  • Lebih dari 45% Gen Z secara global melaporkan pernah mengalami gejala kecemasan atau depresi yang dipicu oleh penggunaan media sosial.
  • Studi di Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan hampir 80% Gen Z merasa media sosial membuat mereka “ketagihan”.
  • Laporan UNICEF menegaskan bahwa berita negatif dan misinformasi memperkuat rasa stres serta kelelahan digital di kalangan Gen Z.
  • Pew Research (2025) menemukan orang tua menilai media sosial sebagai salah satu faktor utama penurunan kesehatan mental remaja, terutama perempuan.

Dampak Negatif

  • Kecemasan & Depresi: Perbandingan sosial dan paparan konten idealistik meningkatkan risiko gangguan mood.
  • Gangguan Tidur: Penggunaan layar di malam hari memengaruhi kualitas tidur dan konsentrasi.
  • Cyberbullying: Pelecehan online tetap menjadi tantangan besar bagi Gen Z secara global.
  • Kecanduan Digital: Banyak Gen Z merasa sulit melepaskan diri dari media sosial, menimbulkan ketergantungan berlebih.

Dampak Positif

  • Koneksi Sosial: Media sosial membantu menjaga hubungan, terutama lintas jarak.
  • Ekspresi Diri: Platform menjadi ruang kreatif untuk seni, aktivisme, dan identitas diri.
  • Akses Informasi & Dukungan: Banyak Gen Z menggunakan media sosial untuk mencari bantuan kesehatan mental atau komunitas positif.

Strategi Menghadapi Tekanan Digital

  • Menggunakan fitur digital wellbeing seperti pengingat waktu layar dan mode malam.
  • Meningkatkan literasi digital agar Gen Z memahami algoritma, misinformasi, dan dampak psikologis.
  • Mendorong jeda digital atau “social media detox” untuk menjaga keseimbangan.
  • Meningkatkan dukungan layanan kesehatan mental, termasuk telehealth dan komunitas daring.

Kesimpulan

Media sosial adalah pedang bermata dua bagi Generasi Z.
Di satu sisi, ia memberi ruang koneksi, ekspresi, dan peluang baru; di sisi lain, ia membawa risiko kecemasan, depresi, dan isolasi.
Tren global 2025 menegaskan perlunya pendekatan kolaboratif antara platform digital, pembuat kebijakan, pendidik, dan layanan kesehatan mental.
Dengan strategi yang tepat, media sosial dapat menjadi sarana yang mendukung kesejahteraan Gen Z, bukan sebaliknya.